Suara Jurnalis| Manokwari – Lembaga Penelitian, Pengkajian dan Pengembangan Bantuan Hukum (LP3BH) Manokwari menyampaikan apresiasi serta ucapan selamat atas terpilihnya Kardinal Robert Francis Prevort, OSA, sebagai Paus ke-267 Gereja Katolik Dunia dengan nama Paus Leo XIV. Pemilihan ini diumumkan resmi di Vatikan, Roma, Italia, pada Kamis (8/5/2025).
Paus Leo XIV, pria kelahiran Chicago, Amerika Serikat, keturunan Prancis, diyakini melanjutkan visi progresif Paus Fransiskus yang menekankan perdamaian dunia, dialog, dan keadilan sosial. LP3BH menilai terpilihnya Paus Leo XIV sebagai momen penting untuk mendorong penyelesaian damai di berbagai wilayah konflik, termasuk Tanah Papua.
Direktur Eksekutif LP3BH Manokwari, Yan Christian Warinussy, menyebut bahwa seruan awal Paus Leo XIV dalam sambutan “Ubi et Orbi” yang menyerukan pelucutan senjata dan pendekatan damai melalui dialog yang setara merupakan inspirasi moral yang kuat bagi para pemimpin bangsa, termasuk Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto.
“Pesan Paus Leo XIV adalah cermin dan sekaligus cambuk moral bagi para pemimpin dunia untuk memprioritaskan penyelesaian damai atas konflik yang menempatkan rakyat sebagai korban, seperti yang terjadi di Tanah Papua,” tegas Warinussy.
Menurut LP3BH, konflik berkepanjangan di Tanah Papua sejak integrasi politik 1 Mei 1963 hingga kini menyisakan luka sejarah yang belum tuntas. Akar perbedaan pandangan antara rakyat Papua dan negara perlu diatasi dengan pendekatan dialog, bukan kekerasan.
Warinussy menekankan bahwa kerangka hukum untuk itu sebenarnya telah disediakan dalam Undang-Undang Otonomi Khusus Papua Nomor 21 Tahun 2001, terutama dalam konsideran huruf (e) dan (g), serta Pasal 46 yang mengatur ruang dialog mengenai integrasi Papua dalam NKRI.
“Pemerintah Indonesia semestinya menjawab seruan moral dari Paus Leo XIV dengan membuka ruang dialog yang jujur, setara, dan bermartabat dengan rakyat Papua. Ini bagian dari penghormatan terhadap hak asasi manusia dan keutuhan bangsa,” tambahnya.
LP3BH menegaskan, kehadiran pemimpin Gereja Katolik yang membawa visi damai global harus diterjemahkan menjadi langkah konkret, terutama oleh negara-negara yang selama ini menghadapi konflik berkepanjangan. Tanah Papua menjadi contoh nyata di mana rakyat adat masih menjadi korban utama.
Sebagai organisasi masyarakat sipil yang aktif mengadvokasi hak-hak masyarakat adat dan korban pelanggaran HAM di Papua, LP3BH mengajak semua pihak untuk menjadikan momen terpilihnya Paus Leo XIV sebagai titik balik menuju rekonsiliasi dan perdamaian abadi di tanah yang disebut sebagai “Bird of Paradise Island” itu.
“Semoga seruan damai dari Vatikan menjadi cahaya baru bagi Tanah Papua, dan mendorong Indonesia menjadi bangsa besar yang menyelesaikan konfliknya dengan dialog, bukan dengan senjata,” tutup Warinussy.
(Udir Saiba)