Indramayu, Suarajurnalis – Menarik sekali sosok jenderal yang satu ini ‘Kisah Jenderal (Purn.) Sarwo Edhie Wibowo mendapat gelar Pahlawan Nasional’.
Jenderal (Purn.) Sarwo Edhie Wibowo dikenal sebagai salah satu tokoh militer yang berperan penting pada masa awal Orde Baru. Ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Prabowo Subianto pada Hari Pahlawan 10 November 2025 karena sejumlah jasa besar dalam menjaga keutuhan negara dan menegakkan ideologi Pancasila.
Berikut peran dan andil pentingnya:
1. Memimpin Operasi Penumpasan G30S/PKI (1965–1966)
Saat menjabat Komandan RPKAD (Resimen Para Komando Angkatan Darat), Sarwo Edhie memimpin langsung operasi militer untuk menumpas pemberontakan Gerakan 30 September/PKI setelah mendapat perintah dari Panglima Kostrad, Mayjen Suharto. Di bawah komandonya, pasukan RPKAD menumpas kekuatan militer PKI di Jawa Tengah dan Jawa Timur serta mengamankan ibu kota. Aksinya dianggap menyelamatkan Indonesia dari ancaman komunisme dan menjaga keutuhan NKRI.
2. Menjaga Stabilitas dan Keamanan Nasional
Setelah peristiwa G30S, Sarwo Edhie ikut berperan dalam menegakkan ketertiban nasional di masa peralihan kekuasaan dari Presiden Sukarno ke Soeharto.
Ia dikenal disiplin, tegas, dan anti-korupsi, dan sosok militer ideal pada masa itu.
3. Pembina Generasi Muda dan Pendidikan Militer
Sarwo Edhie menjabat Gubernur Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI) (sekarang Akmil) di Magelang. Di tangannya, sistem pendidikan militer diperkuat dengan menanamkan semangat nasionalisme dan moralitas pada para taruna. Banyak perwira tinggi Indonesia kemudian hari merupakan didikan langsungnya.
4. Peran Sosial dan Pembangunan
Selain di bidang militer, ia juga aktif dalam Gerakan Pramuka, pendidikan, dan kegiatan sosial
Sebagai Kepala BP7 (Badan Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila), ia menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada masyarakat.
5. Integritas dan Keteladanan
Sikap Tegas di Masa Senja
Sarwo Edhie tidak takut mengkritik ketika keadilan mulai luntur di masa Orde Baru. Ia tetap bersuara, dengan cara yang jujur dan terhormat-tanpa pamrih, tanpa ambisi politik. Hidupnya sederhana, rumahnya tidak megah, tapi nama dan ketulusannya abadi di hati bangsa.
Sarwo Edhie dikenal sebagai perwira yang berani bersikap jujur, bahkan ketika pendapatnya berbeda dengan penguasa Orde Baru. Ia tidak mencari kekuasaan atau kekayaan pribadi, melainkan berjuang demi prinsip dan negara.
6. Pengakuan yang Tertunda
Bertahun-tahun setelah ia wafat
Perjuangan Sarwo Edhie terus dikenang, generasi demi generasi menyebutnya sebagai “prajurit yang menyelamatkan republik.” Dan akhirnya, pada 10 November 2025, Presiden Prabowo Subianto menandatangani keputusan yang telah lama dinantikan rakyat.
“Jenderal (Purn.) Sarwo Edhie Wibowo dianugerahi gelar Pahlawan Nasional Republik Indonesia.”
Di hadapan keluarga dan para veteran, namanya disebut dengan hormat. Cucunya, Agus Harimurti Yudhoyono mewakili keluarga Sarwo Edhie menerima anugerah itu, terlihat bahagia dengan mata yang hampir meneteskan air mata haru. Bukan karena kebanggaan dari keluarga sang kakek semata, tapi karena perjuangan sang kakek yang akhirnya diakui oleh bangsa yang ia cintai sepenuh jiwa.
Kini, nama Sarwo Edhie Wibowo tercatat dalam sejarah Indonesia, bukan sekadar jenderal, tapi penjaga nilai Pancasila, pendidik prajurit, dan teladan integritas.
Ia hidup dalam ingatan rakyat sebagai simbol: “Prajurit yang berani melawan ketakutan demi Indonesia yang merdeka dan bermartabat.”
Keluarga:
Sarwo Edhie Wibowo adalah mertua dari Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan kakek dari Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang kini menjabat Menteri ATR/Kepala BPN (2025). Meski dikenal sebagai tokoh militer besar, gelar pahlawan nasional diberikan bukan karena hubungan keluarga, melainkan pengabdian dan jasa nyata kepada bangsa.
sumber: FB menggali sejarah
red: Al Aris
Sarwo Edhie Mendapat Gelar Pahlawan Nasional





