Penyematan Gelar Pahlawan Nasional, Meninggikan atau Justru Merendahkan?, Oleh : Dr. H. Mohamad Kholil, S.S., M.S.I. *)

Indramayu, Suarajurnalis_LTN MWCNU Karangampel – Catatan menarik dari seorang dosen sekaligus (Sebuah Catatan Reflektif) dari ketua Tanfidziyah MWCNU Karangampel Indramayu.

Indonesia mungkin menjadi satu-satunya negara dengan penyematan gelar pahlawan nasional paling banyak di dunia. Hingga tahun 2025 ini tercatat sebanyak 237 orang yang dianugerahi gelar pahlawan nasional (219 pria dan 18 wanita). Angka ini tentu masih akan terus bertambah setiap tahunnya. Entah, akan sampai di angka berapa ribu penyematan gelar pahlawan nasional itu di negeri ini.

Padahal di banyak negara lain, tidak dikenal perangkat aturan atau tradisi penyematan gelar pahlawan nasional secara resmi oleh pemerintah. Meskipun itu bukan berarti bahwa di negara-negara tersebut tidak ada tokoh-tokoh yang dihormati sebagai “pahlawan” yang dikenal luas kiprahnya di masyarakat. Sebut saja misalnya negara Filipina, Britania Raya (Inggris), Amerika Serikat, termasuk Malaysia. Negara-negara tersebut agaknya lebih mementingkan hal yang lebih substantif dan esensial terkait kepahlawanan daripada sekadar penyematan formal gelar pahlawan yang hanya sebatas seremonial. Yakni, bagaimana menjadikan tokoh-tokoh itu sebagai sumber inspirasi dan teladan abadi bagi para pemimpin dan rakyat yang hidup di masa kini, bukan sekadar penyematan formal tahunan yang seringkali menimbulkan polemik dan perdebatan kontroversial terhadap tokoh-tokoh. Bukannya meninggikan, yang terjadi justru merendahkan.

Kondisi ini juga pernah menjadi keresahan seorang Sejarawan UI, JJ. Rizal. Menurutnya, aspek yang paling mengkhawatirkan saat ini adalah Indonesia memiliki banyak pahlawan nasional, tapi sulit mencari pemimpin yang berperilaku pahlawan dan memberi keteladanan.

Saya teringat pada tahun 2022, KH. Salman Al-Farisi (Ketua Yayasan Pondok Buntet Pesantren saat itu), pada pembukaan acara “Seminar Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional Kiai Abbas Buntet”, ia mengungkapkan: _”Usulan penganugerahan gelar pahlawan secara resmi sesungguhnya tidak begitu penting bagi kami. Karena ada atau tidaknya penganugerahan itu, bagi kami, Kiai Abbas pada hakikatnya telah lama menjadi pahlawan di hati kami para dzuriyah, keluarga besar Pondok Buntet Pesantren, para santri dan masyarakat luas, di mana kiprah dan ajaran-ajaran beliau selalu menjadi inspirasi, semangat, pedoman serta teladan bagi kami yang hidup di masa sekarang”._

*)
-. Dekan FAI Universitas Darul Ma’arif “Kampus Hijau Kaplongan” Indramayu; -. -. Ketua tanfidziyah MWC NU Karangampel

sumber: Media LTN NU_MWCNU Karangampel
red: Al Aris

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *