Indramayu, Suarajurnalis – Barangkali tidak pernah terpikirkan oleh Jenderal Nasution dan Jenderal Suharto setelah pensiun akan mendapat kehormatan menyandang bintang lima dipundak masing-masing bersama almarhum Jenderal Sudirman. Bagaimana kisahnya sehingga mereka bertiga dianugerahi bintang lima dan mendapat sebutan Jenderal Besar? Salim Said dalam bukunya, “Dari.Gestapu ke Reformasi; Serangkaian Kesaksian”, menceritakan bagaimana kisahnya sehingga tiga Jenderal tersebut dianugerahi pangkat kehormatan Jenderal Besar.
Kisahnya bermula ketika Prof. Dr. Salim Said menghadiri serah terima pimpinan Angkatan Darat dari Jenderal Hartono kepada Jenderal Wiranto. Sebagai undangan VIP Salim Said duduk di belakang Jenderal Nasution, dan di samping Mayjen Fahrul Rozi, Gubernur Akademi Militer.
Ketika acara resmi selesai, Jenderal Wiranto mendatangi Jenderal Nasution. Ketika Wiranto membungkuk mencium tangan Jenderal Nasution, Salim mengaku melihat suatu kesinambungan yang menarik. Jenderal Wiranto menurut catatan lahir tahun 1948. Pada tahun itu Jenderal Nasution menjabat Panglima Jawa dan sedang memimpin perang gerilya melawan kolonial Belanda. Sebagai seorang peneliti politik militer, kenyataan yang menarik itu merangsang perasaan dan pergolakan pemikiran dalam dirinya. Kemudian munculah gagasan bahwa Jenderal Nasution pantas mendapat bintang lima (Jenderal Besar).
Pada waktu acara ramah tamah, Salim membicarakan gagasannya dengan Jenderal Sayidiman dan Jenderal ZA Maulani. Keduanya bersimpati dengan gagasan Salim. Sayidiman menyarankan dituliskan di media, tapi Maulani mengatakan kalau dipublikasikan sebelumnya pasti pak Harto tidak akan menyetujui.
Salim kemudian berpikir jika yang dianugerahi pangkat Jenderal Besar hanya pak Nas, jelas pak Harto akan keberatan. Karena itu pak Harto juga harus dianugerahi pangkat Jenderal Besar. Tapi Salim belum melihat dasar pemberiannya. Kemudian muncul jalan keluar yaitu Jenderal Sudirman juga dianugerahi pangkat kehormatan tersebut. Yang dipakai sebagai dasar adalah peran mereka bertiga kenyang dengan dwifungsi. Sekarang masalahnya adalah kepada siapa gagasan itu
akan disampaikan.
Kepsla Staf Sosial Politik ABRI Mayjen Syarwan Hamid, teman dekat Salim Said, menawarkan bantuan untuk bisa bertemu Pangab Jenderal Feisal Tanjung. Pada awal Agustus disampaikan oleh Salim Said gagasannya. Jenderal Feisal merasa tertarik lalu minta Salim untuk menuliskan gagasan Salim Said tersebut. Tanggal 6 Agustus1997 Salim mengirimkan secara tertulis gagasannya. Sore harinya Salim berangkat ke Nigeria.
Ketika kembali berada di Jakarta, Salim Said kebetulan bertemu dengan Akbar Tanjung, tokoh Golkar. Akbar memberitahu bahwa dia mendengar kabar beberapa jenderal akan mendapat bintang lima. Salim tidak mengomentari. Lalu Salim menelpon Nurdin, menantu pak Nas. Dia bilang memang ada mendengar kabar itu, tapi kita lihat saja nanti kata Nurdin.
Singkat cerita, pada hari Angkatan Bersenjata, tanggal 5 Oktober 1997, Suharto dan Nasution sudah menyandang bintang lima di pundaknya masing-masing. Bintang lima ini telah menimbulkan sukacita dan keakraban antara pak Nas dengan pak Harto. Seperti tidak pernah terjadi apa-apa di antara keduanya.
sumber: Foto-foto Tempo Doeloe kita
warta: Ardie Ronggolawe
red: Al Aris
Kisah Lahirnya Tiga Jenderal Besar
