Khutbah Idhul Adha 1444 H, Oleh: H.Abdul Rofi’ Afandi, KUNCI MENGGAPAI HAJI YANG MABRUR

Indramayu, Suarajurnalis – Khutbah ini berjudul Kunci Menggapai Haji Yang Mabrur pada Idhul Adha 1444 H / 2023 M

KHUTBAH I

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣)

الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة واصيلا لا اله الا الله هو الله أكبر، الله اكبر ولله الحمد.

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ امرنا بذبح الا ضحية، وبلغنا الي هذاليوم من عشر ذى الحجة، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ عَبْدٍ لَمْ يَخْشَ إِلَّا الله، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ مَنْ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ.

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى آلِهِ الابرار الطيبين الطاهرين وسلم وعظم الي يوم الدين،
أَمّا بَعْدُ

فَيَا عِبَادَ الله، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى الله، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْم،

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. َ.
أنا اعطينك الكوثر، فصل لربك وانحر، ان شا نئك هو الابتر

Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dirahmati Allah.

Pertama saya ingin menyampaikan berwasiat khususnya untuk pribadi saya sendiri dan umumnya untuk segenap jamaah Sholat Idhul Adha yang hadir di sini, marilah kita semua senantiasa meningkatkan kwalitas iman dan taqwa kita kepada Allah SWT. Dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjahui segala apa yang diharamkan. Karena itulah hakikat taqwa kepada Allah yang sesungguhnya.

Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Abdullah Ibnu Mas’ud – radiyallahu anhu beliau mengatakan :
ليس تقوى الله بصيام النهار ولا بقيام الليل والتخليط فيما بين ذلك، ولكن تقوى الله ترك ما حرم الله وأداء ما افترض الله
”Takwa kepada Allah bukan dengan cara rajin berpuasa di siang hari, bukan pula dengan cara rajin sholat di malam hari, juga tidak dengan cara mengerjakan keduanya sekaligus. Tetapi, hakikat taqwa kepada Allah SWT. adalah dengan cara meninggalkan setiap apa yang diharamkan oleh Allah dan menunaikan segala apa yang diperintahkan oleh-Nya.”
Semoga kita semua tergolong orang-orang yang beriman, bertaqwa dan sekaligus berakhlakul karimah agar kita semua bisa mendapatkan kebahagiaan dan keselamatan di dunia maupun di akhirat nanti.

Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dirahmati Allah.

Saat ini kita memasuki tanggal 10 bulan Dzulhijjah 1444 H/2023 M. Mayoritas Umat Islam yang mengikuti ketetapan pemerintah dalam menetapkan 10 Dzulhijjah 1444 H. Hari ini bersama-sama melaksanakan sholat Idhul Adha. Pada bulan Dzulhijjah ini sebagian saudara kita yang seiman, seaqidah, sebangsa dan setanah air sedang berada di tanah suci untuk melakasanakan rukun Islam yang kelima yakni menunaikan Ibadah Haji.

Ibadah haji adalah sebuah ritual keagamaan yang bersifat wajib bagi setiap orang yang telah mampu dan memenuhi syarat dan ketentuan yang ada. Ibadah haji adalah ibadah yang sebangsa fisik (badan), butuh persiapan kesehatan badan dan tenaga yang prima, karena di dalam ibadah haji ada Thowaf, Sa’i, Jumroh dan lainnya. Dan tentunya persiapan finansial yang mencukupi untuk bayar ONH, uang saku selama di perjalanan menuju tanah suci, dan juga biaya hidup keluarganya yang ditinggalkan di tanah air selama menunaikan ibadah haji.

Namun tidak kalah penting, disaat seseorang akan menunaikan ibadah haji, disamping menyiapkan ongkos, kesehatan fisik adalah membersihkan hatinya dari sifat takabbur, riya’ dan sum’ah, juga meluruskan niatnya dalam melaksanakan ibadah haji, jangan sampai perjuangan kita sekian puluh tahun lamanya, menabung sedikit demi sedikit mengumpulkan rupiah demi untuk bisa menunaikan ibadah haji namun setelah tiba kesempatan pergi ke tanah suci untuk menunaikan ibadah haji, pulang dari tanah suci bukan predikat haji mabrur yang didapat, bukan pahala yang yang diraih tapi justru tanpa disadari malah terjerumus dalam dosa dan kemaksiatan karena hatinya terjangkit penyakit riya’, takabbur, sum’ah, dan atau karena kesalahan niatnya saat menunaikan ibadah haji yang hanya sekedar mencari popularitas dan status sosial.

Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dirahmati Allah.

Ketika Iblis tidak mampu lagi menghalang-halangi anak /cucu Adam agar tidak melakukan sholat lima waktu, maka dibiarkanlah anak/cucu Adam untuk melaksanakan sholat, namun disaat mereka mengerjakan sholat Iblis tidak tinggal diam, dia ambil cara yang kedua untuk menggoda anak/cucu Adam agar sholatnya tidak khusu’, hatinya, pikirannya melayang kemana-mana, atau mengerjakan sholat dalam hatinya dihinggapi sifat riya’, mengerjakan sholat hanya sekedar ingin viral, syarat/rukunnya sholat banyak yang ditinggalkan, thuma’ninahnya, bacaan fatihahnya asal-asalan yang terpenting terkenal di mana-mana sebagai Imam Sholat tercepat di dunia, akhirnya bukan pahala yang didapat, tapi tak terasa mereka terjerumus dalam dosa dan kemaksiatan karena mengerjakan sholat mengabaikan rukun-rukunnya, inilah salah satu contoh orang yang tertipu oleh amal ibadahnya.

Demikian pula, ketika Iblis tidak mampu lagi menghalang-halangi anak/cucu Adam agar tidak menunaikan Ibadah haji, maka dibiarkanlah mereka berbondong-bondong ke tanah suci untuk menunaikan ibadah haji, namun ketika anak/cucu Adam menunaikan Ibadah haji Iblis tidak tinggal diam, dia ambil cara yang kedua untuk menggoda, menjerumuskan anak/cucu Adam agar saat menunaikan ibadah haji dalam hatinya ada sifat riya’, sifat sum’ah, takabbaur dan penyakit-penyakit hati lainnya, sehingga anak/cucu Adam dalam menjalankan ibadah haji jangankan akan mendapatkan predikat mabrur, jangankan akan mendapatkan pahala namun justru tanpa disadari mereka terjerumus dalam kemaksiatan dan dosa karena salah niatnya dalam menunaikan ibadah haji.

Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dirahmati Allah.

Dalam Kitab Mauidzotul Mukminin Karya Al-Alamah Asy-syeh Jamaluddin Al-Qosimi dijelaskan bahwa :
“Barang siapa yang menunaikan Ibadah haji dengan tujuan ingin cari popularitas supaya dipanggil bapak haji/ibu haji, atau supaya dibilang orang kaya yang banyak duitnya, menunaikan ibadah haji dalam hatinya ada sifat riya’/shum’ah, maka kata Asy-syeh Jamaluddin Al- Qosimi orang seperti itu sejak dia melangkahkan kaki keluar dari pintu rumahnya menuju tanah suci, sampai kemudian dia melangkahkan kaki pulang ketanah air, masuk lagi ke dalam rumahnya dia dalam keadaan maksiat kepada Allah SWT.” Naudzu billah min dzalik.

Dengan demikian, seseorang yang menunaikan ibadah haji apabila ingin menggapai predikat haji yang mabrur kuncinya adalah bersihkan hatinya dari segala macam penyakit hati, luruskan niatnya dari segala urusan duniawai ataupun dari niat yang tidak terpuji. Jangan sampai ibadah haji yang kita kerjakan hanyalah sebuah pepesan kosong tidak punya nilai ibadah sama sekali karena niatnya yang salah.

Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dirahmati Allah.

Ibadah haji adalah sebuah perjalanan spiritual seorang hamba menuju baitullah untuk menyempurnakan rukun Islam yang ke lima. Karenanya, sebelum kita mengerjakan rukun Islam yang ke lima sudahkan rukun Islam yang pertama, kedua, ketiga dan keempat dilaksnakan dengan baik? Adalah sangat ironis sekali bila kita hanya mengutamakan melaksanakan rukun Islam yang ke lima sementara rukun Islam yang lain seperti sholat, puasa Ramadhan dan zakat masih sering diabaikan.
Ibarat sebuah bangunan rumah, haji hanyalah sebuah pelengkap, varisasi agar rumah kelihatan indah dan mewah. Yang terpenting dari sebuah bangunan rumah adalah pondasinya, tembok dan atapnya yang kokoh dan kuat sekalipun rumah tersebut tidak ada variasinya. Demikian pula kita dalam menjalankan rukun Islam yang terpenting kewajiban Sholat, zakat, dan puasa dilaksnakan dengan baik sekaliupun kita belum punya kesempatan untuk bisa menunaikan ibadah haji. Jangan sampai kita hanya mendahulukan ibadah haji, sementara kewajiban sholat, zakat dan puasa masih sering ditinggalkan.

Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dirahmati Allah.

Dibalik perintah kewajiban menunaikan ibadah haji setidaknya ada dua hikmah yang tersembunyi.

Pertama, sebagai manifestasi penghambaan seorang manusia di hadapan Allah SWT. Mereka merasa rendah, hina tidak punya nilai apa-apa yang harus disombongkan. Hal ini digambarkan ketika mereka wuquf di padang Arafah semuanya lesehan memakai kain ihram, tidak ada pejabat tinggi negara, tidak ada orang kaya, tidak ada rakyat jelata semuanya sama memakai kain ihram berbaur menjadi satu, tidak ada yang merasa paling terhormat, paling istimewa, inilah gambaran kecil di akhirat nanti saat kita dikumpulkan di padang mahsyar, saat itu kekayaan dan jabatan duniawi yang dibangga-banggakan oleh banyak orang tidak punya arti apa-apa, yang bisa kita bangga-banggakan saat itu hanyalah keimanan/ketaqwaan dan amal sholeh kita masing-masing.

Yang kedua, hikmah dari perintah ibadah haji adalah sebagai bentuk syukur seorang hamba kepada Allah atas segala nikmat yang telah diberikan terutama nikmat kekayaan berupa duniawi, setelah dia diberi kelapangan rezeki oleh Allah dengan harta yang melimpah, maukah dia mengorbankan hartanya untuk membayar ongkos ibadah haji, atau justru sebaliknya dia menjadi orang yang bakhil tidak mau mengorbankan hartanya sekadar untuk menunaikan kewajiban kepada Allah SWT.

Semoga kita semua oleh Allah SWT. Senantiasa diberi kesehatan, panjang usianya serta rezeki yang melimpah agar bisa memenuhi pangggilan Allah untuk pergi ke tanah suci menunaikan ibadah haji. Aamiin.

اللهم إن طاعاتِـنا وقرباتنا كلَها هدية هابطة منك إلينا، ثـم إنها عائدة بتفضل منك إليك، فتقبلِ اللَّهم منا ما تفضّلت به علينا، ولك الشكر على ما مننت به علينا قدرة وعونا وتوفيقا.
بارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ الله الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ

KHUTBAH II

اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ

اَلْحَمْدُ ِلله رَبِّ الْعَالَـمِيْنَ . اَللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ عَلَى نِعْمَةِ الْإِسْلَامِ وَالْإِيْمَانْ. وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْ جَعَلْتَـــنَا مِنْ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامْ.

أَشْهَدُ أَنْ لآ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةَ عَبْدٍ لَمْ يَخْشَ إِلاَّ اللهَ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِي اخْتَارَهُ اللهُ وَاصْطَفَاهُ.

اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالاَهُ.

أَمَّا بَعْدُ،

فأيها المسلمون، اِتَّقُوا االلَه فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَـهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.

اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلـمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِيّ وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ.

اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ.

رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.

رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
red: Al Aris

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *