KH. Mahrus Ali Santri Lirboyo Asal Gedongan Cirebon

Indramayu, Suarajurnalis – KH. Mahrus Ali (1906-1985) adalah seorang ulama karismatik yang dikenal luas sebagai pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, serta tokoh pejuang kemerdekaan. Beliau juga merupakan menantu dari pendiri pesantren tersebut, KH. Abdul Karim. Berikut adalah biografi singkat dari KH. Mahrus Ali

-. Masa kecil dan pendidikan lahir

KH. Mahrus Ali dilahirkan di Dusun Gedongan, Cirebon, Jawa Barat, pada tahun 1906. Nama kecil beliau adalah Rusydi.

-. Pendidikan awal

Beliau belajar ilmu agama dari keluarganya sendiri, termasuk sang ayah, KH. Ali, dan kakak kandungnya, Kiai Afifi.

Kecerdasan luar biasa: Sejak kecil, kecerdasan beliau sudah terlihat. Pada usia remaja, beliau telah hafal 1000 bait nadzom Alfiyah Ibnu Malik.

-. Merantau

Dalam perjalanannya mencari ilmu, beliau sempat merantau ke beberapa pesantren di Jawa, termasuk Pesantren Kasingan di Rembang. Mengabdi di Pondok Pesantren Lirboyo Berguru kepada KH. Abdul Karim: KH. Mahrus Ali kemudian melanjutkan pendidikannya di Pondok Pesantren Lirboyo dan berguru kepada pendirinya, KH. Abdul Karim.

-. Menjadi menantu

Kecerdasan dan kealimannya membuat beliau dinikahkan dengan putri KH. Abdul Karim, Nyai Zainab, pada tahun 1938. Lalu meneruskan kepemimpinan sepeninggal KH. Abdul Karim. KH. Mahrus Ali bersama dengan KH. Marzuqi memimpin ponpes Lirboyo.

KH. Mahrus Ali bersama dengan KH. Marzuqi Dahlan meneruskan kepemimpinan Pondok Pesantren Lirboyo. Di bawah kepemimpinan beliau, pesantren mengalami kemajuan pesat dan menarik banyak santri dari seluruh penjuru Indonesia.

-. Kontribusi dan perjuangan

Pendiri perguruan tinggi: Pada tahun 1966, beliau mendirikan Institut Agama Islam Tribakti (IAIT) di Lirboyo, yang merupakan perguruan tinggi pertama di Kediri. Awalnya, institut ini diperuntukkan sebagai jenjang lanjutan bagi para santri yang telah menyelesaikan pendidikan aliyah.

-. Pejuang kemerdekaan

KH. Mahrus Ali juga dikenal sebagai sosok pejuang yang militan. Beliau terlibat aktif dalam perjuangan melawan penjajah dan ikut serta dalam Resolusi Jihad. Beliau bahkan pernah diangkat sebagai penasihat Kodam V Brawijaya.

-. Memotivasi santri

Beliau sering berpesan kepada santri-santrinya untuk tidak hanya menjadi ulama, tetapi juga menjadi pejuang di berbagai bidang, termasuk politik.

Salah satu dawuhnya yang terkenal, “Aku tidak rela santri-santriku jadi dukun, Aku ingin santriku jadi pejuang,” menunjukkan visinya yang jauh ke depan.

Berkiprah di NU juga, beliau juga aktif dalam organisasi Nahdlatul Ulama (NU). Pada tahun 1958, beliau diangkat menjadi Rais Syuriyah PWNU Jawa Timur.

-. Wafat

KH. Mahrus Ali wafat pada 6 Ramadhan 1405 Η, atau 26 Mei 1985, di Kediri. Beliau meninggalkan warisan besar berupa Pondok Pesantren
Lirboyo dan semangat perjuangan yang terus menginspirasi banyak orang.

red: Al Aris

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *