Bitung, Suara Jurnalis — Kepala SMA Negeri 2 Bitung, DR Dems Reinerd Tandaju, SP.d MAP menyandang gelar Doktor dan ini tak semua orang yang bisa mencapainya namun, di Kota Bitung Kepala sekolah ini bukan hanya menyandang sarjana akan tetapi gelar doktor telah dicapai nya Doktor Dems Tandaju ini menyampaikan terkait aturan dan pencapaian siswa-siswi agar meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan, Rabu (08/03/2023).
DR Reinerd Dems Tandaju, SP.d MAP selaku Kepala sekolah SMA Negeri 2 Bitung gelar Doktor ini, saat dimintai keterangan awak media dirinya menuturkan, “Kegiatan ekstra terakhir minggu kemarin untuk kelas 12 sudah selesai, yang lain masih sementara dan antusias paling tidak rutinitas tiap hari normal,” Tuturnya.
Harapan Kepala sekolah DR Reinerd Dems Tandaju, SP.d MAP SMA Negeri dua Bitung pertama agar sukses dalam pelaksanaan pembelajaran kemudian sukses dalam penilaian yang paling pokok mengikuti proses dalam pembelajaran agar mendapatkan nilai yang baik,” Sebut Dems yang akrab sapaan hari-hari.
Tambahnya lagi, “Kita pernah ada mitra sekolah di luar daerah ada rembuk Nasional Kurikulum K13 SKS di Sulawesi Utara ada dua yang terpilih antara lain SMA Negeri 2 Bitung sekolah kita dan SMA Lokon,” Terang Sosok yang nama lengkap DR Reinerd Dems Tandaju, SP.d MAP.
Selain itu DR Reinerd Dems Tandaju juga menanggapi terkait sekolah yang kena masalah disebabkan ulah dari siswa-siswi seperti dugaan perundungan yang terjadi di salah satu sekolah di tingkat SMA baru-baru ini dan itu Doktor Dems juga menyampaikan tentang aturan di sekolah SMA Negeri dua Bitung dirinya menyebutkan,
“Kita dalam dunia pendidikan Menteri sudah beri stetman bahwa masalah terbesar di dunia pendidikan satu intoleran, pelecehan seksual, perundungan jadi itu sangat komples sehingga kami sekolah hal seperti itu yang sangat mengecewakan untuk guru-guru dalam mendidik, kadang emosi anak tidak stabil karena mungkin dari rumah ada konflik akhirnya sampai di sekolah terbawa perilaku yang menyimpang,” Ujar Doktor Dems.
Makanya saya katakan kenapa ada kurikulum merdeka, kalau siswa sudah merasa merdeka dari rumah bebas tanpa intimidasi, tanpa masalah pasti datang ke sekolah juga begitu,” Ungkap Dems Tandaju.
Menghindari masalah di sekolah datanglah tepat pada waktunya, karena kalau sampai di sekolah lalu terlambat itu sudah bawa masalah menghukum diri sendiri apa lagi kalau tidak ada pendamping dari guru itu sendiri akhirnya mereka pergi ke pojok atau di luar sekolah rupa kejadian barusan itukan di pojok atau di luar sekolah,” Ungkapnya.
Inilah resiko dari sebuah lembaga yang memiliki jumlah komunitas banyak maka ada gesekan apa lagi kalau kita dari jauh lantas memanggil siswa di dua lantai itu etikanya di mana fatal bagi mereka kalau sudah di pojok namun kita tetap kontrol sebelum dan sesudah.
Kami ada waktu-waktunya kunci pintu pagar agar tidak ada yang masuk keluar sekolah, pintu pagar ada waktu kunci yang datang terlambat tidak bisa masuk cuma,” Imbuhnya.
Yang kita sayangkan ada siswa yang lompat pagar juga namun kalau lompat pagar itu kita kembalikan ke orang tua terkadang orang tua siswa tidak terima padahal orang tua siswa gampang melihat tingkah laku anaknya seperti anaknya pakai kaus kaki yang tidak betul sepatu tidak betul ini berarti kan sudah membawa masalah di sekolah dan pasti guru akan tegur, namun siswa tidak puas dengan teguran guru begitu ke orang tua malah orang tuanya datang ke sekolah dengan cara tidak baik seolah membenarkan diri coba kalau siswa taat aturan kita guru tidak ada intimidasi kami selalu memberikan kesempatan berkomunikasi dengan guru belajar memahami, saya selaku pimpinan katakan ke guru-guru agar dapat memahami siswa dan orang tuanya belajar memahami,” Terang Doktor Dems Tandaju.
Makanya kita ada antisipasi, dengan aturan yang permanen peraturan akademik. siswa mempunyai buku saku dan buku saku itu adalah peraturan tentang siswa dan tentang guru waktu masuk sudah tanda tangan diatas meterai terkadang orang tua siswa lupa padahal begitu kita ingatkan kalau ada buku saku terkait peraturan yang ada di buku saku baru orang tua siswa menyadari,”
Saya sudah sampaikan coba kalau kita taat aturan kita tidak akan pernah salah tetapi kalau menyimpang sama dengan intimidasi diri sendiri saja contohnya kalau ujian sudah apel terakhir saya katakan jangan datang di jam delapan itu sudah kunci pagar lebih baik pergi ke rumah dan berbicara dengan orang tua dan katakan saya sudah terlambat, jangan keluyuran tidak pulang rumah, ternyata lalai juga kalau hanya satu atau dua kali masih diberi kesempatan namun ternyata sudah berulang-ulang kali jadi kita kembalikan ke orang tua,”
Kalau siswa buat ulah dan pakai seragam kan masih terbawa itu institusi adapun siswa yang didepan sekolah kita di jalan itu bukan siswa kita kemungkinan mereka ada kenalan dengan siswa kita di sini dan mereka duduk didepan sekolah kita karena kalau siswa kita pasti akan kita panggil dan tegur,” Tutup Dems Tandaju.
(FerryMpmr)