KEILMUAN SIGARET CHOIRUN BACHIR

Indramayu, Suarajurnalis – Keilmuan Sigaret Choirun Bachir (SCB) terlahir dari hasil riyadhohnya seorang waliyullah keturunan asli Indramayu yaitu Syaikh Tofi bin Bunawi berasal dari Blok Kedokan Gali Desa Tanjung Sari Kecamatan Karangampel Kabupaten Indramayu Jawa Barat.

Beliau adalah keturunan ulama yang sangat masyhur bahkan tercatat dan diakui para ulama se-jamannya, ayah beliau juga adalah seorang waliyullah, yaitu Syaikh Bunawi Kedokan Gali, pengamal sejati Thoriqoh Qodiriyah wa Naqsyabandiyah yang langsung berguru kepada Mursyid Agung Thoriqoh Qodiriyah wa Naqsyabandiyah (TQN) yaitu Syaikh Abdul Mutholib bin Tolabuddin atau yang dikenal dengan sebutan Mbah Tolhah Kalisapu Cirebon.

Dikisahkan bahwa Syaikh Bunawi seangkatan dengan Abah Sepuh Suryalaya Syaikh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad, yang bersama-sama berguru kepada Syaikh Tolhah Kalisapu Cirebon.

Kembali kepada kisah perjalanan tentang lahirnya Sigaret Choirun Bachir, awal mula bersumber dari guru kami yaitu Kiai Ma’ruf Hadad Dadap Indramayu dan Kiai Abdul Jamil bin Sabil Dukuh Kapetakan Cirebon.

Diceritakan bahwasanya Syaikh Tofi bin Bunawi, dari kecil sudah berguru belajar agama dan tauhid dari ayahnya sampai beliau beranjak dewasa, karena Allah SWT mentakdirkan beliau adalah keturunan seorang waliyullah, Syaikh Tofi juga dikaruniai pemahaman agama tentang syariat, toriqoh, hakikat, dan makrifat. Sampailah beliau pada tingkatan taraf makrifatullah yang membawa beliau harus berkholwat menyendiri hijrah dari keramaian keduniaan ke tempat sepi di hutan belantara yaitu di daerah hutan alas Pekarukan di daerah Desa Rogosela Pekalongan Jawa Tengah.

Singkatnya atas restu ayahandanya beliau Syaikh Tofi berkholwat menyepi di hutan tersebut selama 4 tahun lamanya, di tengah hutan beliau ber tafakur, beribadah, untuk mengenal dzat sang maha pencipta. Di tengah-tengah hutan beliau berkholwat di sebuah bangunan seperti tajug (red. langgar/musholla) yang tidak ada seorangpun yang menemaninya, bahkan yang menemaninya hanyalah seekor harimau dan segerombolan monyet yang setia menemani beliau saat berkholwat ditengah hutan tersebut.

Menurut sumber dari para murysid kami. Syaikh Tofi di tengah hutan belantara sambil belajar mengaji langsung kepada Sultonul Auliya Syaikh Abdul Qodir Al Jilani Al Baghdadi selama 4 tahun dan beliau juga berpuasa riyadhoh tidak makan dan tidak minum bahkan tidak tidur selama 4 tahun itu. Masyaalloh, mungkin itu yg disebut makrifat manunggaling kaula gusti, alias majedub atau jadab, tidak ada rasa lapar dan dahaga serta hawa nafsu.

Dan setelah 4 tahun beliau pulang ke kampung halaman di daerah Kedokan Gali Karangampel Indramayu, Syaikh Tofi berbuka selama 21 hari makan dan minum seperti orang biasa, dan dihari ke-22 beliau berpuasa riyadhoh lagi sampai beliau wafat.

Bahkan para mursyid yang lain tidak ada yang tahu makan dan minum beliau bahkan tidurpun tidak ada yang tahu kapan beliau tidur.

Nah selama beliau di rumah, beliau kedatangan 2 orang tamu agung utusan dari Baghdad santri dari Syaikh Abdul Qodir Al Jilani Al Baghdadi, secara ghoib atau disebut shohibul sirri. Setiap tengah malam bahkan jam 2 dini hari dua orang tamu agung dari Baghdad itu datang berkunjung menemui Syaikh Tofi didalam kamar kholwatnya,
untuk menyampaikan tugas dari Syaikh Abdul Qodir Al Jilani untuk mengajarkan ilmu Setrum Sigaret Choirun Bachir Kepada Syaikh Tofi bin Bunawi.

Setelah sekian hari lamanya disaat dua orang tamu tersebut sudah selasai mengajarkan ilmu Sigaret Choirun Bachir kepada Syekh Tofi, disitulah telah lahir suatu ilmu yang agung intisari dari 2 Thoriqoh Qodiriyah dan Thoriqoh Naqsyabandiyah berupa “ILMU SETRUM SIGARET CHOIRUN BACHIR”.

Setelah lahirnya ilmu SCB, Syaikh Tofi barulah mensyiarkan kepada para murid-muridnya di setiap daerah khususnya daerah Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan).

Disimpulkan bahwa ilmu Sigaret Choirun Bachir (SCB) merupakan asli keilmuan yang berasal dari Bumi Wiralodra tepatnya Kedokan Gali Kecamatan Karangampel Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat.

*Ditulis oleh:
Ki Tambal Maulana

red: Al Aris

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *