Kang Dedi Mulyadi (KDM) dan Raja Midas, Oleh: Masduki Duryat *)

Indramayu, Suarajurnalis – Beberapa kebijakan ‘revolusioner’ dilakukan oleh Kang Dedi Mulyadi (KDM), Gubernur Jawa Barat. Karena memasuki wilayah publik terjadi pro dan kontra—apalagi kalau sudah didasari dengan latarbelakang politis—dan ini sebuah kewajaran.

Beberapa hal yang menimbulkan reaksi keras dari public terhadap kebijakan KDM antara lain; larangan studi tour keluar provinsi, siswa ‘nakal’ dibawa ke barak militer, penghapusan wisuda TK-SMA, 50 siswa per rombel dan vasektomi sebagai syarat dapat Bansos.

Perlawanan terhadap kebijakan KDM
Beberapa kebijakan kemudian menimbulkan demo dan ‘perlawanan’ dari sisi hukum. FKSS Jawa Barat misalnya mengajukan ‘nota keberatan’ dengan mengajukan gugatan ke PTUN terkait dengan kebijakan gubernur mengatasi anak putus sekolah dengan membuka ‘peluang’ sekolah negeri SLTA untuk 50 siswa per rombel, kebijakan ini bukan hanya dianggap ‘mematikan secara perlahan’ sekolah swasta, tetapi juga bertentangan dengan regulasi SPMB pada aspek mutu dan sarana-prasarana yang tidak memadai.

Terbaru demo pengelola, karyawan bus pariswisata, dan UMKM terkait larangan studi wisata bagi anak sekolah di Gedung Sate dengan jumlah massa yang sangat banyak dan menuntut dicabutnya larangan tersebut karena telah ‘mengancam’ sektor wisata dan memunculkan pengangguran baru di tengah sulitnya lapangan kerja. Walaupun kebijakan ini juga tidak semua kepala daerah ‘tunduk’ pada aturan KDM, misalnya walikota Bandung yang tetap memperbolehkan studi wisata bagi siswa dengan tidak mengaitkannya pada persoalan nilai akademik dan kebolehannya untuk rapat di hotel.

Gejolak Masyarakat atas kebijakan ‘revolusioner’ KDM untuk tidak mengatakan terlalu memaksakan ego—yang juga cenderung one man show—ini mengundang komentar—salah satunya—dari Ketua Fraksi PPP DPRD Jawa Barat Zaini Sofari. Ia meminta, supaya Kang Dedi Mulyadi “jangan sampai jadi Raja Midas”.

Siapa Raja Midas?
Raja Midas dari Frigia adalah tokoh legendaris mitologi Yunani. Posisinya dalam sastra dan budaya Yunani sungguh menarik. Mitos paling populer tentang Midas adalah keterampilan terkenal yang mengubah segala sesuatu yang disentuhnya menjadi emas.

Beberapa penulis kuno menyatakan bahwa dia bunuh diri dengan meminum darah lembu, sementara Aristoteles menulis bahwa dia meninggal karena kelaparan setelah dia tidak bisa makan karena sentuhan emasnya.

Raja Midas adalah orang yang sangat kaya yang mencintai emas lebih dari apapun dalam mitologi Yunani kuno. Dia memiliki istana indah yang penuh dengan benda-benda emas.

Dalam mitologi Yunani kuno, Raja Midas memiliki seorang putri cantik, yang merupakan satu-satunya kebahagiaan dalam hidupnya. Suatu hari, dia melakukan perbuatan baik untuk Dionysus, dewa anggur dan perayaan yang sedang melewati kerajaannya bersama para pengikutnya.

Dia menyambut salah satu sahabat Dionysus, seorang satir bernama Silenus yang tertidur di taman mawarnya. Raja Midas menghiburnya selama beberapa hari sebelum mengembalikannya ke dewa.

Dionysus sangat berterima kasih kepada Midas atas keramahtamahannya. Kemudian, dia menawarkan untuk mengabulkan permintaan apa pun yang diinginkannya.

Midas tak segan-segan menanyakan keinginan terbesarnya yaitu segala sesuatu yang disentuhnya berubah menjadi emas.

Dionysus memperingatkannya untuk memikirkan pilihannya dengan hati-hati, tapi Midas yakin ini adalah hadiah terbaik yang bisa dia terima.

Dionysus setuju untuk memenuhi keinginannya. Dia mengatakan kepada Midas bahwa mulai hari berikutnya, segala sesuatu yang disentuhnya akan berubah menjadi emas di mitologi Yunani.

Keesokan paginya, Midas bangun dengan semangat untuk menguji kekuatan barunya. Dia menyentuh tempat tidurnya, pakaiannya, perabotannya, dan semuanya berubah menjadi emas yang bersinar.

Midas sangat gembira dengan kekayaannya. Kemudian berlari mengelilingi istananya sambil menyentuh segala sesuatu yang bisa dia temukan.

Dia bahkan mengubah mawarnya menjadi emas, berpikir bahwa mawar itu akan terlihat lebih indah seperti itu.

Raja Midas hampir panik ketika mendengar suara putrinya. Dia masuk ke kamar dan melihat ayahnya dikelilingi benda-benda emas.

Sang anak kagum dengan pemandangan itu, dan berlari untuk memeluknya. Tapi begitu Midas menyentuhnya, dia juga berubah menjadi patung emas.

Midas merasa ngeri dengan apa yang telah dia lakukan dan berteriak putus asa. Dia menyadari bahwa dia telah kehilangan satu-satunya sumber kebahagiaannya, dan keinginannya sebenarnya adalah sebuah kutukan.

Dalam mitologi Yunani kuno, Midas memohon kepada Dionysus untuk mengambil kekuasaannya dan menghidupkan kembali putrinya. Dionysus mendengar permohonannya, dan merasa kasihan padanya.

Ada satu cara untuk membatalkan perbuatannya, yaitu harus mencuci dirinya sendiri dan semua yang disentuhnya di sungai Pactolus, yang mengalir di dekat istananya.

Midas melakukan apa yang diperintahkan, dan berlari ke sungai sambil menggendong putrinya. Dia terjun ke dalam air, dan merasakan kekuatannya meninggalkan dirinya.

Midas melihat emas meleleh dari tubuhnya dan dari tubuh putrinya hingga menyaksikan putrinya hidup kembali. Dia memeluknya dengan air mata kebahagiaan.

Midas juga melihat sungai itu berubah menjadi emas karena emas yang terhanyut darinya. Ia menyadari bahwa inilah sumber simpanan emas terkenal yang menjadikan sungai Pactolus kaya dan terkenal di kemudian hari.

Dia berterima kasih kepada Dionysus atas belas kasihannya, dan bersumpah tidak akan serakah lagi. Ia belajar menghargai kesenangan hidup yang sederhana, seperti makanan, minuman, alam, dan yang terpenting, cinta putrinya.

KDM dan Raja Midas; Versi Zaini Sofari
Saya mencoba memahami pernyataan Zaini Sofari, agaknya KDM diminta supaya menurunkan egonya dan bisa duduk bersama dengan para pendemo untuk mencari solusi yang menguntungkan semua pihak—terutama terkait dengan demo larangan studi Tour dan beberapa kebijakan krusial lainnya—beberapa waktu lalu. Tidak bersih keras—cenderung one man show untuk mewujudkan ‘mimpi-mimpinya’ dalam realitas dan segera terwujud.

Kisah Raja Midas dan sentuhan emasnya dalam mitologi Yunani—seperti diuraikan di atas—adalah contoh klasik bagaimana keinginan ‘yang membabi buta’ bisa menjadi bumerang bagi (kita).

Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa ‘keserakahan’ yang terlalu dipaksakan dapat membutakan kita terhadap hal-hal yang benar-benar penting dalam hidup, dan bahwa kita harus berhati-hati terhadap apa yang kita inginkan.

Bumerang itu tidak boleh terjadi pada seorang KDM—kemarin sudah terjadi pada pesta rakyat pernikahan anaknya di Garut yang menelan korban jiwa–karena kita memahami KDM adalah asset Jawa Barat, dan ia ‘hadir’ mengisi kekosongan fragmentasi kepemimpinan yang selama ini ada di tataran lokal maupun nasional.

*) penulis adalah Rektor Institut Studi Islam al-amin Indramayu dan Dosen Pascasarjana UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon

red: Al Aris

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *