Sentani, Suarajurnalis.online.com – Persoalan pendidikan di Papua, khususnya bagi Orang Asli Papua (OAP) yang menempuh pendidikan di luar negeri, masih menyisakan banyak tantangan. Mulai dari keterbatasan akses, kurangnya pendampingan, hingga sulitnya penyetaraan ijazah, menjadi hambatan nyata bagi anak-anak Papua yang ingin mengabdi setelah kembali ke tanah air.
Dengan mengusung tema “Dari Dunia ke Papua: Mewujudkan Potensi Global untuk Pembangunan Lokal”, Career Center Cahaya (3C) yang berada di bawah naungan Papua Hope Language Institute (PHLI) menyelenggarakan kegiatan Reuni Akbar Alumni Luar Negeri OAP, Sabtu (12/4/2025), bertempat di Ballroom Lantai 7 Hotel Horison Sentani.
Bupati Kabupaten Jayapura, Dr. Yunus Wonda, S.H., M.H., turut hadir dan menyampaikan rasa bangga dan harunya melihat para alumni yang telah menempuh pendidikan tinggi di luar negeri.
“Saya bangga sekali bisa melihat anak-anak kita yang sudah menyelesaikan studi di luar negeri. Tapi ada juga yang belum bisa pulang. Dulu waktu saya masih di DPR Papua, perjuangan kami adalah bagaimana menyiapkan masa depan mereka setelah kembali ke tanah air,” ungkap Yunus Wonda.
Ia menekankan pentingnya kehadiran negara melalui pemerintah daerah dalam menciptakan ruang kerja yang layak bagi para lulusan, baik dari luar maupun dalam negeri.
“Kita di Papua ini tidak punya banyak industri besar seperti di daerah lain. Maka tanggung jawab pemerintah adalah menciptakan ruang kerja. Hotel-hotel dan perusahaan yang akan beroperasi di Kabupaten Jayapura harus memprioritaskan anak-anak asli Papua—minimal 70% tenaga kerjanya dari mereka,” tegasnya.
Kegiatan yang dirancang dalam bentuk seminar, talkshow, workshop, hingga job fair ini diprakarsai oleh Career Center Cahaya (3C). Koordinator Career Center Cahaya (3C), Novia Rumbewas, menyatakan bahwa acara ini menjadi wadah perjumpaan sekaligus ruang refleksi atas keresahan para alumni.
“Jujur, ketika kami pulang dari luar negeri, kami dihadapkan dengan pertanyaan besar: Aku pulang, tapi mulai dari mana? Siapa yang akan bantu? Kami datang dengan ijazah dan ilmu, tapi bingung harus melangkah ke mana,” ungkap Novia.
Ia menyoroti proses penyetaraan ijazah luar negeri yang masih menjadi tantangan besar dan menghambat alumni dalam mendapatkan pekerjaan, khususnya di sektor pemerintahan.
“Kami berharap DPR, DPRD, dan pemerintah provinsi bisa mendorong kebijakan khusus bagi alumni OAP lulusan luar negeri. Kita ini daerah otonomi khusus, semestinya ada perlakuan khusus pula agar anak-anak Papua ini tidak dipersulit ketika ingin mengabdi,” tambahnya.
Novia menjelaskan bahwa Career Center Cahaya hadir sebagai mitra strategis pemerintah dan dunia usaha, untuk menyalurkan potensi alumni, baik yang ingin bekerja maupun berwirausaha.
Caption: Koordinator Career Center Cahaya (3C), Novia Rumbewas, menyampaikan keresahan dan harapan para alumni OAP lulusan luar negeri dalam kegiatan reuni dan job fair.
Salah satu alumni luar negeri yang turut hadir adalah Belina Tabuni, lulusan tahun 2022 dari Tiongkok dalam bidang Traditional Chinese Medicine. Ia mengaku bersyukur dan bangga dapat terlibat dalam kegiatan ini.
“Ini pertama kalinya saya ikut kegiatan seperti ini. Rasanya luar biasa bisa bertemu teman-teman, kakak dan adik yang juga alumni luar negeri. Saya merasa tidak sendiri. Kita bisa berbagi, bisa saling mendukung. Kegiatan seperti ini harus ditingkatkan karena sangat bermanfaat,” ujarnya.
Belina berharap kegiatan serupa dapat terus digelar sebagai ruang kolaborasi dan penguatan semangat membangun Papua bersama.
Ia juga menyampaikan pesan khusus kepada generasi muda Papua.
“Saya ingin sampaikan kepada adik-adik yang masih menempuh pendidikan atau yang sedang mempersiapkan diri untuk kuliah ke luar negeri, tetap semangat, jangan menyerah. Fokuslah pada tujuan utama—menyelesaikan pendidikan dan kembali membangun Papua,” pesannya.
Belina juga mendorong agar pemerintah memiliki sistem pendataan yang akurat dan berkelanjutan terhadap mahasiswa OAP di luar negeri.
“Pemerintah perlu punya data yang akurat dan terus diperbarui, agar bisa mendampingi kami dari jauh. Kita tidak hanya butuh bantuan saat keberangkatan, tapi juga pendampingan selama studi hingga kembali ke tanah Papua,” tutupnya.
Kegiatan ini juga dihadiri tokoh pemerintah, perwakilan dunia usaha, dan puluhan alumni luar negeri. Job fair yang digelar menjadi bukti nyata kolaborasi antara alumni dan sektor swasta.
“Gedung dan infrastruktur bukanlah masa depan Papua. Anak-anak inilah masa depan sejati negeri ini. Kita harus jaga dan dukung mereka agar tetap percaya diri membangun tanah ini,” pungkas Yunus Wonda.
“Dari Dunia ke Papua: Mewujudkan Potensi Global untuk Pembangunan Lokal,” menjadi tema yang menggambarkan semangat acara ini, yakni menghubungkan pengalaman global dengan upaya pembangunan lokal di Papua.(Redaksi/Gerson)