Anggota DPRP Usul Aturan Wajib Uji Lab Untuk Semua Kualitas Infrastruktur di Papua

Jayapura, suarajurnalis.online.com – Guna menjawab kebutuhan uji konstruksi dan lingkungan serta menjamin kualitas konstruksi infrastruktur di Papua, Anggota DPR Papua Fraksi NasDem, Alberth Merauje menegaskan pentingnya peran laboratorium.

Hal itu ia sampaikan saat mengunjungi Tiecon Engineering Laboratory di Jl. Pasar Baru Youtefa Komplek Ruko ATC, Kelurahan Wai Mhorock, Distrik Abepura, Kota Jayapura, Papua, Sabtu (17/5/2025).

Bacaan Lainnya

Albert mengakui bahwa Lab Tiecon Engineering sebagai laboratorium independen ternyata mempunyai kelengkapan peralatan mencapai 90%.

“Laboratorium adalah jantungnya konstruksi. Semua proyek infrastruktur jalan, jembatan, gedung harus melalui uji lab agar aman dan nyaman bagi pengguna,” tegasnya.

Alberth mengkritik maraknya proyek konstruksi di Papua yang tidak melalui pemeriksaan laboratorium. Padahal, hasil uji lab menjadi penentu kualitas suatu pembangunan.

“Banyak tenaga teknik yang paham, tapi entah mengapa masih ada yang abai menggunakan jasa lab. Ini berisiko terhadap keamanan infrastruktur,” ujarnya.

Ia menekankan, laboratorium harus bekerja dengan integritas tinggi karena hasil ujinya berdampak langsung pada kualitas konstruksi.

“Kalau tidak jujur, bisa timbul masalah serius di kemudian hari,” imbuhnya.

Sebagai langkah konkret, Alberth berencana mendorong regulasi yang mewajibkan seluruh proyek infrastruktur di Papua untuk melalui pengujian laboratorium sejak awal hingga akhir.

“Saya akan usulkan aturan ini, termasuk memastikan anggaran uji lab dimasukkan dalam DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran) untuk proyek pemerintah,” jelasnya.

Ia juga mendorong penggunaan laboratorium bersertifikat dan terkalibrasi.

“Banyak lab tidak akurat karena alatnya tidak terstandar. Tiecon Lab bisa menjadi solusi dengan legalitas dan integritas yang jelas,” ujar Alberth.

Menyikapi rencana pembangunan besar-besaran di Papua, seperti tambang rakyat, pelabuhan, dan jalan, Alberth menilai kehadiran laboratorium terpercaya semakin vital.

“Investor dalam dan luar negeri membutuhkan jaminan kualitas. Lab seperti ini sangat dibutuhkan agar infrastruktur yang dibangun benar-benar aman dan berdaya guna,” tegasnya.

Ia berharap, dengan pengawasan ketat melalui uji laboratorium, Papua dapat memiliki infrastruktur yang berkualitas dan berkelanjutan.

“Tujuan akhirnya jelas, semua yang kita bangun harus bermanfaat dan nyaman bagi masyarakat,” pungkas Alberth.

Sementara itu, Kepala Tiecon Engineering Laboratory, Herlina Sanggamele, menyatakan bahwa laboratorium teknik sipil ini siap memenuhi kebutuhan pemeriksaan konstruksi dan lingkungan di Papua, serta fokus pada pengujian material konstruksi sekaligus analisis dampak lingkungan.

Albert Merauje saat meninjau sejumlah alat di Tiecon Engineering Laboratory di Komplek Ruko ATC.

“Proses pembangunan tidak terlepas dari isu lingkungan. Karena itu, kami menyediakan layanan pemeriksaan sebelum dan sesudah konstruksi sebagai satu paket,” jelasnya.

Meski baru beroperasi kurang dari 2 tahun, Tiecon Engineering Laboratory telah menarik minat berbagai pihak. Dosen Universitas Cenderawasih jurusan sipil itu mengungkapkan, minimnya fasilitas pengujian teknik sipil di Papua sehingga mendorong laboratorium ini untuk mengambil peran strategis.

“Daripada mengirim sampel ke luar Papua, lebih baik kami yang mengerjakan. Ini adalah bentuk respons terhadap tingginya kebutuhan pembangunan di wilayah ini,” ujarnya.

Ia menyampaikan, beberapa BUMN seperti Angkasa Pura, PLN, dan Hutama Karya telah menjadi mitra, bersama sejumlah konsultan dan kontraktor swasta.

Kata Herlina, laboratorium ini dilengkapi dengan beragam fasilitas pengujian, meliputi, Lab tanah, Lab struktur, Lab air, Lab pemetaan serta Lab lingkungan.

“Kami berkomitmen memberikan hasil sesuai data yang masuk. Setiap sampel yang datang langsung kami proses, dan kami mengeluarkan ‘resep’ berdasarkan hasil uji,” tegas Herlina.

Dari segi sumber daya manusia, Tiecon Engineering Laboratory didukung oleh 4 admin, 4 teknisi lab, serta 8–10 teknisi lapangan yang disesuaikan dengan kebutuhan pekerjaan.

Herlina menjelaskan, laboratorium ini sedang mempersiapkan akreditasi dengan memenuhi sejumlah persyaratan, seperti; riwayat pekerjaan dan kerja sama dengan berbagai pihak, sertifikasi kalibrasi peralatan, pelatihan Training of Trainers (TOT) untuk tenaga ahli dan sertifikasi kompetensi teknisi laboratorium.

“Kami tidak main-main dalam hal ini. Semua tahapan harus dipenuhi agar hasil uji kami diakui secara nasional,” pungkasnya.(Redaksi/MR)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *