Apa Itu Jamaah Tabligh, Yu Kita Kenali

Indramayu, Suarajurnalis – Berikut ini penjelasan lengkap dan mendalam tentang Jamaah Tabligh, mencakup sejarah, tujuan, metode, prinsip, kritik, dan pandangan ulama.

Penjelasan ini bersifat netral dan ilmiah, agar kamu bisa memahami dengan seimbang.

1. Asal-Usul Jamaah Tabligh

Jamaah Tabligh lahir di India pada awal abad ke-20, tepatnya sekitar tahun 1926 M, didirikan oleh Maulana Muhammad Ilyas al-Kandahlawi (1885–1944 M).

Pada masa itu, umat Islam di India sedang melemah dalam amal agama — banyak yang meninggalkan shalat, tidak mengenal sunnah, dan terpengaruh gaya hidup non-Islami akibat penjajahan Inggris.

Melihat kondisi itu, Maulana Ilyas merasa terpanggil untuk menghidupkan kembali semangat dakwah dan amal agama di kalangan masyarakat awam, terutama di pedesaan.

2. Tujuan Utama Jamaah Tabligh

Tujuan utama Jamaah Tabligh bukan politik atau kekuasaan, melainkan membangkitkan kembali iman dan amal saleh dalam diri umat Islam.

Motto mereka terkenal:

“Ayo kita perbaiki diri dan ajak orang lain kepada kebaikan.”
(تحسين النفس والدعوة إلى الخير)

Mereka ingin agar setiap Muslim:

Menyadari pentingnya hidup taat kepada Allah.

Menghidupkan sunnah Nabi ﷺ dalam kehidupan sehari-hari.

Menjadi dai yang aktif, meski bukan ustadz atau ulama.

3. Prinsip Enam Sifat (Sifat-sifat Tabligh)

Dalam dakwahnya, Jamaah Tabligh menekankan enam sifat utama yang mereka sebut sebagai “Sifat Sahabat”, karena menurut mereka sifat ini ada pada generasi sahabat Nabi ﷺ:

1. Yakin kepada Kalimat Thayyibah (Lā ilāha illallāh Muhammadur Rasūlullāh)
→ Keyakinan bahwa hanya Allah yang berkuasa memberi manfaat dan mudarat.

2. Shalat dengan Khusyu’ dan Tuma’ninah
→ Menegakkan shalat berjamaah di masjid dengan hati yang hadir.

3. Ilmu dan Dzikir
→ Menuntut ilmu agama dan memperbanyak mengingat Allah.

4. Ikramul Muslimin (Memuliakan Sesama Muslim)
→ Menjaga akhlak, menghormati, dan berbuat baik kepada sesama.

5. Tashhihun Niyyah (Meluruskan Niat)
→ Segala amal dilakukan hanya untuk mencari ridha Allah, bukan dunia.

6. Dakwah dan Khuruj Fii Sabilillah
→ Mengajak orang lain kepada Allah, dengan keluar di jalan-Nya (khuruj).

4. Metode Dakwah: Khuruj Fii Sabilillah

Metode paling khas dari Jamaah Tabligh adalah keluar di jalan Allah (khuruj fii sabilillah) untuk berdakwah.

Mereka memiliki jadwal dakwah seperti:

3 hari setiap bulan,

40 hari setiap tahun,

4 bulan sekali dalam seumur hidup,

dan 1 tahun atau lebih bagi yang ingin berdakwah lebih lama.

Tujuan “keluar” ini bukan sekadar jalan-jalan, tapi untuk:

Melatih diri dalam amal agama,

Belajar dakwah langsung di lapangan,

Menguatkan iman,

Menghidupkan masjid sebagai pusat dakwah.

Selama “khuruj”, mereka meninggalkan urusan dunia, saling menasihati dalam agama, dan melatih diri untuk hidup sederhana.

5. Aktivitas Harian Jamaah Tabligh

Ketika sedang di “khuruj” atau di markaz, kegiatan mereka biasanya:

Ta’lim dan ta’lim rumah (belajar kitab Fadhail Amal, Riyadhus Shalihin, dll).

Dzikir dan doa bersama.

Jaulah (keliling kampung/masjid) untuk mengajak umat ke masjid.

Mudzakarah (saling mengingatkan tentang keutamaan amal).

Shalat berjamaah dan amal sunnah.

Makan dan hidup sederhana bersama.

6. Penyebaran Global

Kini Jamaah Tabligh telah berkembang di lebih dari 150 negara, dengan pusat besar (markaz) di:

Nizamuddin (Delhi, India) – markaz utama dunia,

Raiwind (Pakistan),

Tonggi (Bangladesh),

Kandhla (India),

serta banyak markaz nasional (termasuk di Indonesia: Markaz Kebon Jeruk, Jakarta).

7. Pandangan Ulama dan Kritik

a. Ulama yang Mengakui dan Mendukung

Banyak ulama memuji semangat mereka dalam dakwah dan akhlak:

Syaikh Yusuf al-Qaradawi,

Syaikh Muhammad Zakariyya al-Kandahlawi (ulama hadits besar yang juga pembimbing mereka),

Ulama-ulama Pakistan, India, dan Indonesia (termasuk KH. Sa’dullah, KH. Abdullah Gymnastiar, dll).

Mereka menilai Jamaah Tabligh berperan besar menghidupkan semangat dakwah dan shalat berjamaah di kalangan awam.

b. Kritik dari Sebagian Ulama

Beberapa ulama memberi nasihat dan catatan:

Kurang mendalami aqidah dan ilmu syar’i. Fokus mereka lebih pada amal dan akhlak, kurang penekanan pada tauhid uluhiyyah dan manhaj salaf.

Tidak membahas bid’ah dan syirik secara mendalam. Karena mereka khawatir umat menjauh jika ditekankan hal itu di awal dakwah.

Tidak terlibat dalam dakwah ilmiah atau pembinaan jangka panjang. Sehingga hasil dakwahnya kadang tidak berkelanjutan.

Namun catatan ini tidak berarti mereka sesat, hanya saran agar lebih seimbang antara semangat dan ilmu.

8. Kesimpulan

Jamaah Tabligh adalah gerakan dakwah global non-politik yang bertujuan menghidupkan iman dan amal dalam kehidupan umat Islam.

Mereka tidak membuat ajaran baru, melainkan mengajak kembali kepada ajaran dasar Islam: shalat, dzikir, dan akhlak Rasulullah ﷺ.

Ulama tidak menganggap mereka sesat, namun menasihati agar memperdalam ilmu dan aqidah agar dakwah mereka lebih kuat.

Secara umum, mereka bermanhaj damai, santun, dan penuh kasih, sesuai dengan nama mereka: Tabligh — menyampaikan dengan hikmah.

Sumber: laman Ariswan AF
red: Al Aris

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *