Anggaran Menggelegar, Guru Menghilang: Ironi Pendidikan Kita, Oleh: Masduki Duryat *)

Indramayu, Suarajurnalis – Di tengah semangat reformasi pendidikan dan digitalisasi yang terus digalakkan, Indonesia menggelontorkan anggaran pendidikan yang fantastis-mencapai lebih dari Rp600 triliun per tahun.

Pemerintah membangun platform pembelajaran digital, menyusun kurikulum baru, dan mengadakan pelatihan guru secara masif. Namun, satu persoalan mendasar tetap luput dari sorotan: kehadiran guru di ruang kelas.

-. Guru: Pilar yang Terlupakan

Pendidikan bukan sekadar soal kurikulum atau teknologi. Ia adalah proses relasional antara guru dan peserta didik. Sebanyak apapun guru yang direkrut, secanggih apapun sistemnya, sehebat apapun aplikasinya—jika guru tidak hadir secara fisik dan mental di kelas, maka hasilnya tetap nihil.

Kehadiran guru bukan hanya soal absensi administratif. Banyak guru hadir secara fisik, namun tidak hadir secara pedagogis. Mereka datang, tetapi tidak mengajar. Mereka mengisi daftar hadir, tetapi tidak mengisi jiwa anak-anak dengan ilmu dan keteladanan.

-. Anggaran Besar, Efek Kecil

Bacaan Lainnya

Ironisnya, sebagian besar anggaran pendidikan terserap untuk infrastruktur dan proyek digitalisasi. Sementara itu, insentif bagi guru honorer masih jauh dari layak. Pengawasan terhadap kehadiran dan kinerja guru pun lemah, terutama di daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar).

Kita menyaksikan sekolah-sekolah dengan bangunan megah dan jaringan internet cepat, namun ruang kelasnya kosong dari semangat mengajar. Anak-anak duduk diam, menatap layar, tanpa bimbingan yang bermakna.

-. Dampak Nyata: Generasi yang Terabaikan

Ketika guru tidak hadir, anak-anak kehilangan lebih dari sekadar pelajaran. Mereka kehilangan panutan, kehilangan semangat, kehilangan arah.

Studi menunjukkan bahwa kehadiran guru secara konsisten berkorelasi langsung dengan hasil belajar siswa. Ketidakhadiran guru, bahkan hanya beberapa hari dalam sebulan, dapat menurunkan capaian akademik secara signifikan.

-. Solusi: Kembali ke Esensi

Beberapa Solusi bisa ditawarkan di sini; misalnya _Pertama_, Audit kehadiran guru secara transparan dan digital, bukan sekadar absensi manual; _Kedua_, Insentif berbasis kinerja dan kehadiran, bukan hanya masa kerja; _Ketiga,_ Penguatan peran kepala sekolah dan pengawas sebagai manajer mutu Pendidikan; dan _Keempat_, Pelibatan masyarakat dan orang tua dalam pengawasan kehadiran dan kualitas guru.

Ini persoalan esensi, bukan persoalan anggaran dan teknologi dalam pembelajaran serta saran prasarana yang dimiliki Lembaga Pendidikan.

-. Penutup: Jangan Tertipu Layar dan Angka

Pendidikan bukan soal seberapa banyak aplikasi yang diunduh atau seberapa besar anggaran yang dihabiskan. Pendidikan adalah soal kehadiran manusia yang tulus mengajar dan membimbing.

Jika guru tidak hadir, maka semua itu hanyalah ilusi kemajuan. Karena pendidikan sejati dimulai dari tatapan mata, bukan dari layar.

*) Penulis adalah Rektor Institut Studi Islam Al-Amin Indramayu dan Dosen Pascasarjana UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon

red: Al Aris

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *