Membantah Tuduhan Negatif Tentang Pesantren dalam “Xpose Uncencored” Trans7 yang Sesat dan Menyesatkan, Oleh : Dr. H. Mohamad Kholil, S.S., M.S.I. *)

Indramayu, Suarajurnalis – Pesantren dengan kekayaan tradisi dan nilai-nilai luhur budaya di dalamnya, serta ajaran-ajarannya tentang prinsip “moderasi” dan kesadaran “multikultur” yang telah tertanam dan berlangsung lama sejak ratusan tahun sebelum republik ini ada, merupakan fakta sejarah yang tak dapat dibantah. Pesantren adalah perwujudan budaya asli nusantara (indigenous culture), dan merupakan bentuk lembaga pendidikan tertua di Indonesia. Kiprahnya dalam lintasan sejarah perjuangan bangsa pun tak bisa dipandang sebelah mata.

Namun kini, di tengah momentum menyambut Peringatan Hari Santri 22 Oktober 2025, pesantren tiba-tiba “diframing” dan dinistakan dengan sangat negatif dan provokatif oleh pihak-pihak yang tentunya “anti pesantren”. Menurut penulis, hal ini patut diduga merupakan sebuah upaya propaganda by design dan serangan sangat nyata terhadap komunitas besar pesantren yang notabene merupakan basis utama komunitas NU dengan memanfaatkan corong media, Trans7. Padahal belum lama, pesantren juga menjadi target “bulanan-bulanan” media pasca musibah runtuhnya gedung di Pesantren Al-Khozini Jawa Timur. Tentu tujuannya sama, meruntuhkan marwah pesantren.

Sebagai bagian dari komunitas pesantren dan warga NU, penulis sangat menyesalkan dan mengecam keras stasiun TV Trans7 atas tayangan tersebut yang berisi konten pelecehan dan narasi negatif terhadap kiai, santri dan tradisi keislaman dunia pesantren, serta menuntut pihak Trans7 bertanggungjawab secara moral, profesional, etik maupun hukum, akibat perbuatannya yang telah melukai dan mendiskreditkan komunitas dunia pesantren se-nusantara.

Kepada seluruh komunitas pesantren dan warga NU, penulis juga mengimbau, sudah saatnya kita merapatkan kembali barisan. Pertegas dan tampakkan lagi jati diri kita sebagai bagian dari warga pesantren dan NU, jangan lagi bersikap abu-abu. Demi tegaknya ajaran Islam Ahlus Sunnah wal Jama’ah dan nilai-nilai luhur budaya bangsa di bumi Indonesia Raya yang telah ratusan tahun lamanya diperjuangkan dengan penuh pengorbanan oleh para kiai pesantren dari generasi ke generasi.

*)
– Ketua Tanfidziyah MWCNU Karangampel.
– Penulis Buku “Paradigma Multikulturalisme dan Moderasi Dunia Pesantren”
– Alumni Pesantren Babakan dan Tebuireng

Sumber : Media LTN NU_MWCNU Karangampel
red: Al Aris

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *