Indramayu, Suarajurnalis – Salah satu cerita unik di jamannya, dan bayangkan suasana.
Ruangan penuh orang, mata tertuju pada satu sosok: Ir. Soekarno. Sang proklamator, orator ulung, presiden pertama Indonesia.
Beliau sedang bicara—dengan gaya khasnya: suara lantang, tangan menebas udara, kata-kata yang bikin bulu kuduk merinding.
Semua serius menyimak, hening. Hanya suara Bung Karno yang bergema.
Tiba-tiba…
“Kresak! Bruk!”
Kursi di duduki beliau ambyar. Ambruk begitu saja. Bung Karno, yang duduk tenang, tiba-tiba harus merasakan momen paling manusiawi: jatuh karena kursi reyot.
Orang-orang di ruangan terbelalak. Ada yang menahan nafas. Ada yang bingung:
“Ya Allah, kursi Presiden roboh! Gimana ini?”.
Ada juga yang nyaris meledak ketawa, tapi takut dosa kalau ketawa di depan kepala negara. Suasana jadi kikuk. Tegang. Canggung.
Tapi… di sinilah kelas Bung Karno terlihat.
Alih-alih marah atau tersinggung, beliau malah tertawa terbahak-bahak. Dengan spontan beliau nyeletuk sambil mengangkat tangannya:
“Saudara-saudara, lihatlah! Bahkan kursi pun tak kuat menahan beban revolusi kita!”.
Boom!
Ruangan yang tadinya kaku langsung pecah oleh gelak tawa. Semua orang ikut tertawa lega. Yang tadinya malu berubah jadi hiburan massal. Kursi boleh patah, tapi wibawa Bung Karno justru makin kokoh.
Hikmah yang serius
Karakter besar terlihat dari cara menghadapi hal kecil. Bung Karno nggak panik, malah bikin suasana jadi cair.
Humor itu senjata. Dengan satu kalimat jenaka, beliau bisa ubah momen canggung jadi energi positif.
Dan jangan lupa: kalau jadi panitia acara, tolonglah periksa kursinya Presiden, atau siapa saja dan jangan sampai sejarah terulang.
✨ Pelajaran buat kita
Kadang hidup juga kayak kursi itu. Lagi serius, lagi fokus, eh tiba-tiba… bruk! Ambyar.Tapi pilihan ada di kita: mau jatuh sambil ngedumel, atau jatuh sambil ketawa dan bangkit lagi.
Karena pada akhirnya, orang nggak akan ingat berapa kali kita jatuh. Orang akan lebih ingat, bagaimana kita bikin jatuh itu jadi cerita yang bisa ditertawakan bersama.
Jadi, kalau akhir pekan ini kamu merasa “roboh” kayak kursi Bung Karno, ingatlah: mungkin itu bukan akhir. Mungkin itu cuma bahan ketawa untuk perjalanan yang lebih panjang.
Konon cerita ini hanya kisah yang diceritakan dari mulut ke mulut, belum divalidasi kebenarannya, namun dari cerita ini kita jadi tahu kehebatan beliau mengendalikan situasi, layak sekali beliau mendapat gelar “Sang Penyambung Lidah Rakyat”.
sumber: Menggali sejarah, Inspiratif R
red: Al Aris
Bung Karno Dan Kursi Yang Ambyar
