Menelisik Tujuan Adat Mapag Tamba Desa Malang Semirang

Indramayu, Suarajurnalis – Tradisi Mapag Tamba merupakan ritual tahunan masyarakat petani di Desa Malang Semirang, Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Indramayu, berupa penyiraman air suci ke area perbatasan desa dan persawahan milik warga guna menghindari serangan hama dan menjadikan hasil panen yang maksimal.

Kepala Desa Malang Semirang, Rusmono Syafi’i bersama perangkat desa melaksanakan tradisi Mapag Tamba yakni ditandai dengan do’a bersama dilanjutkan dengan pembagian Tenong (Red: Tempat menaruh makanan yang berisikan nasi dan lauk-pauk) kepada warga di Balai Desa Malang Semirang.

Hingga pada akhirnya dimulainya perjalanan menuju setiap perbatasan desa sambil membawa air dalam bambu yang bersumber dari Sumur Antru, Sumur Sumberan, Sumur Mbah Arsitem dan Air Gunung Puyuh Sumedang.

Dengan pakaian khas, Kuwu beserta perangkat desa memulai perjalanan dari arah koordinat Ngalor (Utara) dan Ngetan (Timur), berputar arah jarum Jam mengelilingi batas Desa Malang Semirang dengan luasan +_ 220 Hektar.

Lalu apa maksud Tradisi Mapag Tamba di Desa Malang Semirang yang konon sudah ratusan tahun menjadi warisan budaya leluhur sebagai syarat dengan tujuan agar desanya terhindar dari bencana dan juga segala hama penyakit padi.

Seperti dikonfirmasi, Kepala Desa Malang Semirang Rusmono Syafi’i mengatakan, bahwa tujuan Mapag Tamba ini sebenarnya menyangkut hajat orang banyak, yaitu ucapan syukur, sekaligus memohon doa keselamatan bagi warga, termasuk untuk tanaman padi para petani jauh dari hama dan bencana, supaya pertaniannya berhasil.

“Tujuannya memberikan obat pada tanaman palawija yang sudah di tanam masyarakat desa kami. Agar tumbuh sehat dan menghasilkan panen yang memuaskan. Begitu juga masyarakatnya di berikan kesehatan. Medianya menggunakan air dari sumur karomah yang di kucurkan ke seluruh tapal batas desa,” katanya.

Dijelaskannya, dalam perjalannya air dalam batang bambu itu yang dibawa oleh pamong desa yang terbagi dari beberapa kelompok, kemudian mengucurkan air suci tersebut sepanjang garis perbatasan desa maupun lahan persawahan milik petani. Meski demikian adat tersebut menjadi ikhtiar yang diwariskan leluhur guna meminta keberkahan dan keberhasilan hajat petani dalam menghadapi musim panen nanti.

“Setiap perbatasan desa air tambah ini dikucurkan dan air tambah ini hanyalah syarat dan yang bisa menyembuhkan itu datangnya dari pemilik isi Bumi ini, Allah Subhanahu wa ta’ala. Sehat Tandure, Waras Rayate, Bergas Pemimpine,” ujarnya.

red: Al Aris

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *