Indramayu, Suarajurnalis – Dikalangan para ulama Nusantara, tercatat ada ‘3 TOKOH BESAR ULAMA INDONESIA
DINOBATKAN SEBAGAI PAHLAWAN NASIONAL’ mereka merupakan seorang pendidik, pengajar, dan juga seorang pejuang. Diantaranya :
1). Hadratussyaikh K.H. Muhammad Hasyim Asy’ari (14 Februari 1871 – 25 Juli 1947)
Adalah seorang ulama, pahlawan nasional, serta merupakan pendiri sekaligus Rais Akbar (pimpinan tertinggi pertama) organisasi massa Islam, Nahdlatul Ulama. Dikenal juga sebagai Pendiri dan Pengasuh pertama salah satu ponpes tertua di Indonesia, yaitu Pondok Pesantren Tebuireng di Kabupaten Jombang, Jawa Timur.
Ia memiliki julukan Hadratussyaikh yang berarti mahaguru dan telah hafal Kutub At-Tis’ah (9 kitab hadis), serta memiliki gelar Syaikhu al-Masyayikh yang berarti Gurunya Para Guru.[1] Ia adalah putra dari pasangan K.H. Asy’ari dengan Ny. H. Halimah, dilahirkan di Desa Tambakrejo, Jombang, Jawa Timur, dan memiliki salah satu anak bernama K.H. A Wahid Hasyim yang juga merupakan pahlawan nasional perumus Piagam Jakarta, serta cucunya yakni K.H. Abdurrahman Wahid, merupakan Presiden RI ke-4.
Pendiri NU, Ulama kharismatik yang mengajarkan bahwa dakwah sejati adalah pengabdian untuk umat.
2). Maulānā Syāikh Tuan Guru Kyai Hajjī Muhammād Zainuddīn Abdul Madjīd (5 Agustus 1898 – 21 Oktober 1997)
Adalah seorang ulama karismatis dari Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat dan merupakan pendiri Nahdlatul Wathan (NW), organisasi massa Islam terbesar di provinsi tersebut. Di pulau Lombok, Tuan Guru merupakan gelar bagi para pemimpin agama yang bertugas untuk membina, membimbing dan mengayomi umat Islam dalam hal-hal keagamaan dan sosial kemasyarakatan, yang di Jawa identik dengan Kyai.
Pada zaman penjajahan, TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid juga menjadikan madrasah NWDI dan NBDI sebagai pusat pergerakan kemerdekaan. Bersama guru-guru madrasah NWDI dan NBDI, TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid membentuk gerakan yang diberi nama Gerakan Al-Mujahidin, yang tujuan utamanya adalah untuk membela tanah air dan merebut kemerdekaan dari rongrongan penjajah dimasa itu.
Perkembangan madrasah-madrasah yang merupakan cabang dari NWDI dan NBDI cukup pesat. Pada 1952, tercatat sebanyak 66 madrasah telah didirikan oleh para alumni Madrasah NWDI dan NBDI yang tersebar diberbagai daerah. Untuk lebih memudahkan dalam koordinasi, pembinaan dan pengembangan madrasah-madrasah cabang tersebut, 1 Maret 1953 TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid mendirikan organisasi Nahdlatul Wathan (NW) yang bergerak di bidang pendidikan, sosial, dan dakwah.
3). K.H. Ahmad Dahlan ( Agustus 1868 – 23 Februari 1923)
Adalah seorang Ulama Besar bergelar Pahlawan Nasional Indonesia yang merupakan pendiri Muhammadiyah. Lahir dengan nama Muhammad Darwis, beliau adalah putra keempat dari tujuh bersaudara dari keluarga K.H. Abu Bakar. K.H. Abu Bakar adalah seorang ulama dan khatib terkemuka di Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta pada masa itu, dan ibu dari K.H. Ahmad Dahlan adalah putri dari H. Ibrahim yang juga menjabat penghulu Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat pada masa itu.
red: Al Aris





